Kamis, 24 Oktober 2013

makalah produksi bersih



BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

peningkatan kebutuhan manusia di berbagai bidang semakin tinggi diiringi dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK). Hal ini membawa banyak manfaat bagi kemudahan aktivitas manusia. Namun, di tengah berbagai kemajuan tersebut justru tidak banyak yang memberi manfaat bagi lingkungan kita. Bahkan sebagian besar dari perkembangan tersebut memberi dampak buruk bagi lingkungan. Seiring dengan pesatnya kemajuan tekhnologi, keadaan lingkungan justru semakin memburuk. Ironisnya, tidak jarang kerusakan lingkungan itu diakibatkan oleh kelalaian manusia sendiri dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Salah satu penurunan kondisi lingkungan dapat dilihat dari banyaknya hutan gundul akibat penebangan pohon. Salah satu conto real dari kondisi tersebut adalah industri pulp, demi untuk memenuhi kebutuhan bahan produksi banyak sekali hutan- hutan primer di indonesia yang beralih fungsi menjadi hutan monokultur sehingga keseimbangan ekosistemnya terganggu.
Pohon biasanya dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat bahkan industri-industri untuk berbagai keperluan, seperti kayunya digunakan sebagai bahan meubel / furniture dan pembuatan kertas. Dalam hal ini kebanyakan perusahaan-perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri) menggunakan jenis pohon akasia mangium sebagai bahan baku utama pembuatan kertas. Akasia Mangium (Acacia mangium) atau juga dikenal dengan akasia daun lebar termasuk jenis legum yang cepat tumbuh dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi. Akasia Mangium (Acacia mangium) dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur, seperti pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan tanah alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah 4,2. Secara umum dapat tumbuh pada ketinggian antara 30 - 130 meter dpl, dengan curah hujan bervariasi antara 1.000 mm - 4.500 mm setiap tahun.


Pemanfatan kayu akasia mangium saat ini telah mengalami peningkatan pemanfaatan yang semakin luas, baik untuk kayu serat (pembuatan kertas), kayu pertukangan (finir dan perabot, seperti lemari, kusen, pintu dan jendela) maupun kayu energi (bahan bakar dan arang). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menunjang perluasan pemanfaatan kayu akasia mangium dalam bentuk kayu utuh, partikel, serat ataupun turunan kayu.
Pada saat proses harvesting/pemanenan dapat meninggalkan limbah pembalakan berupa tunggul pohon, batang, cabang, ranting, daun dan kulit kayu. Menurut Ruhiyat yang dikutip oleh Muladi et al. (2001) biomassa total Acacia mangium yang berumur 5-7 tahun berkisar antara 60,469–95,846 ton/ha, yang mengandung kulit kayu 7,282–8,836 ton/ha (9,22 – 13,46 %). Industri pulp yang menggunakan kayu mangium (Acacia mangium) sebagai bahan bakunya menghasilkan limbah kulit yang cukup berpotensi, yaitu sebesar 10-15% dari volume bahan baku serpih.
Jamur lingzhi (Ganoderma lucidum) merupakan jenis jamur yang memiliki efek medis. Menurut Mizuno (1999) tubuh buah dan miselium jamur G. lucidum mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat obat. Jamur tersebut di China dan Jepang telah lama digunakan secara turun temurun sebagai obat tradisional untuk berbagai penyakit (Hattori, 1997).
Ada beberapa manfaat yang terkandung dalam jamur lingzhi (Ganoderma lucidum) yaitu :
1.      Polisakarida
·         Memperkuat proses kemampuan penyembuhan secara alami dalam tubuh
·         Sistem kekebalan tubuh
·         Mengurangi kadar gula dalam darah
·         Memelihara fungsi pankreas
·         Menguatkan membran sel
·         Mencegah kerusakan sel
·         Dll

2.      Adenosin
·         Menurunkan kadar kolesterol dan lemak
·         Menyeimbangkan Ph darah
·         Memperbaiki fungsi kelenjar adrenalin
·         Menyeimbangkan metabolisme
·         Menurunkan kadar lipid darah
·         Menurunkan kadar penggumpalan darah
·         Dll
3.      Triterpenoid
·         Mengaktifkan inti sel dalam tubuh
·         Meningkatkan sistem pencernaan
·         Mencegah alergi
·         Dll
4.      Sari Ganooderik
·         Menyembuhkan penyakit kulit, infeksi mulut dan luka
·         Meremajakan, mempercantik, dan menghaluskan kulit
·         Menghentikan pendarahan

1.2     Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui sifat tumbuh dan produktivitas Ganoderma Lucidum dengan menggunakan serbuk kayu dan serbuk kulit kayu akasia mangium sebagai media tumbuhnya.


1.3     Manfaat
Dengan adanya pemanfaatan limbah ini diharapkan mampu merangsang  munculnya industri mikro tentang budidaya jamur berkhasiat obat (Ganoderma Lucidum) sehingga terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat sekitar hutan yang diharapkan dapat menekan potensi masyarakat untuk merambah hutan.



 BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Metode Pembuatan Media Produksi
2.1.1 Pembuatan bibit jamur berkhasiat obat
Media bibit dibuat dari serbuk gergaji kayu mangium dan kayu sengon dicampur dengan dedak, CaCO3, Gips dan air suling secukupnya, dengan komposisi sebagai berikut:
• a = serbuk gergaji kayu mangium + dedak 10% + CaCO3 1,5% + Gips 0,5% + air suling
• b = serbuk gergaji kayu sengon + dedak 10% + CaCO3 1,5% + Gips 0,5% + air suling
 Masing-masing komposisi media dicampur sampai rata.
 Media yang telah dicampur dimasukkan ke dalam botol kaca sebanyak 150 gram dan ditutup dengan kapas steril, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC, tekanan 1,5 atmosfir selama 30 menit.
 Media steril dan dingin diinokulasi G. lucidum HHB-322, HHB-328 dan HHB-333.
 Pertumbuhan miselium di permukaan media diamati setiap hari sampai pertumbuhan miseliumnya memenuhi seluruh permukaan. Setelah miselium tumbuh merata dan menebal maka bibit ini siap untuk diinokulasikan pada media kultivasi.

2.1.2 Pembuatan media kultivasi
 Media dibuat dari campuran serbuk kulit kayu mangium yang telah diekstrak taninnya dan serbuk kulit kayu yang tidak diektrak taninnya, dedak, menir jagung, kapur, gips dan air bersih. Adapun komposisi medianya yaitu:
• A = Serbuk kulit mangium 82,5% + dedak 10% + menir jagung 5% + gips 0,5% + kapur 2% + air bersih secukupnya

·   B = Serbuk kulit mangium 41,25% + serbuk gergaji sengon 41,25% + dedak 10% + menir jagung 5% + gips 0,5% + kapur 2% + air bersih secukupnya
• C = Serbuk gergaji sengon 82,5% + dedak 10% + menir jagung 5% + gips 0,5% + kapur 2% + air bersih secukupnya
• D = Serbuk kulit mangium (diekstrak taninnya) 82,5% + dedak 10% + menir jagung 5% + gips 0,5% + kapur 2% + air bersih secukupnya
• E = Serbuk kulit mangium (diekstrak taninnya) 41,25% + serbuk gergaji sengon 41,25% + dedak 10% + menir jagung 5% + gips 0,5% + kapur 2% + air bersih secukupnya
• F = Serbuk gergaji sengon 82,5% + dedak 10% + menir jagung 5% + gips 0,5% + kapur 2% + air hangat secukupnya.
Masing-masing campuran bahan media kecuali dedak dan menir jagung diperam selama satu minggu. Setelah itu, dedak dan menir jagung dicampurkan pada media tersebut dan ditambah air bersih secukupnya.
 Media yang telah dicampur dimasukkan ke dalam kantong plastik PVC ukuran satu kilogram dan dikemas seperti botol, kemudian disterilkan dengan menggunakan steamer selama 10 jam .
 Media steril dan dingin diinokulasi bibit jamur, kemudian diinkubasi sampai pertumbuhan miseliumnya merata. Pertumbuhan miselium di permukaan media diamati setiap hari. Setelah miselium tumbuh merata dan menebal kantong plastik dirobek dibagian atas atau leher kantong.
 Pertumbuhan tubuh buah juga diamati setiap hari setelah primordianya tumbuh

2.2 Hasil dan Pembahasan
Hasil uji beda Tukey (p<0.05) menunjukkan bahwa pada umur 1 minggu pertumbuhan miselium pada media serbuk gergaji kayu mangium (Acacia mangium) lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada media kayu sengon (Paraserianthes falcataria). Sedangkan pada umur 2 minggu dan 3 minggu pertumbuhan miselium pada media kayu sengon umumnya cenderung lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhannya pada kayu mangium, namun tidak berbeda nyata (p < 0.05).
Hasil uji beda Tukey (p<0.05) menunjukkan bahwa pada umur 1 minggu pertumbuhan miselium G. lucidum HHB-333 lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan HHB-322 dan HHB-328. Sedangkan pada umur 2 minggu pertumbuhan miselium HHB-333 lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan HHB-328, dan pada umur 3 dan 4 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0.05).
Kedua jenis kayu yang diuji tersebut cocok digunakan untuk media bibit jamur. Penebalan miselium pada media kayu sengon terlihat lebih cepat, yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan tubuh buah, dibandingkan dengan pada media kayu mangium. Oleh karena itu bibit dari media kayu sengon lebih cepat tua, yang ditunjukkan dengan adanya penggumpalan bibit setelah berumur > 2 bulan dan sulit untuk diinokulasikan pada media kultivasi, dibandingkan dengan bibit pada media kayu mangium. Bibit yang telah tua tersebut jika diinokulasikan pada media kultivasi sulit tumbuh dan berkembang. Bibit yang baik untuk diinokulasikan pada media kultivasi yaitu yang berumur 1 – 2 bulan setelah inokulasi.
Dalam aplikasi bibit jamur umur 1-3 bulan digunakan beberapa komposisi media kultivasi yang terdiri dari kulit kayu mangium, serbuk gergaji kayu sengon dan campuran keduanya. Pertumbuhan miselium jamur pada media kultivasi telah merata pada umur + 4 minggu setelah inokulasi.
Pada umur empat minggu setelah inokulasi sebagian besar media kultivasi telah nampak primordia (bakal tubuh buah) yang menembus kapas penutup. Pemanenan jamur dilakukan apabila tubuh buah telah masak petik, yaitu pada umur umur 62 hari (HHB-322 dan HHB-328), dan pada umur 64 hari setelah inokulasi untuk HHB-333.
Pemeliharaan media kultivasi disusun berjejer pada posisi duduk/berdiri tegak di dalam ruangan. Hal ini disebabkan oleh adanya tubuh buah yang nampak menyemburkan sporanya. Selain itu, diharapkan pertumbuhan tubuh buah menjadi besar dan tudung (pileus) hampir bulat. Suprapti dan Djarwanto (2004) menyatakan bahwa ukuran tubuh buah jamur tiram pada media yang disusun berjejer pada posisi duduk/berdiri tegak lebih besar dibandingkan dengan yang disusun miring/tidur, dan pileusnya hampir bulat. Pertumbuhan miselium jamur pada berbagai media kultivasi hampir sama. Dalam aplikasi bibit dari serbuk gergaji kayu mangium dan kayu sengon pada media kultivasi menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan miselium hampir sama yaitu 99,8% (media bibit dari kayu mangium) dan 99,7% (media bibit dari kayu sengon). Pertumbuhan miselium jamur pada media kultivasi telah merata pada umur + 4 minggu setelah inokulasi. Laju pertumbuhan miselium pada media kulit kayu yang diekstrak taninnya cenderung lebih cepat (3,85% per hari) dibandingkan dengan laju pertumbuhannya pada media kulit kayu yang tidak diekstrak taninnya yaitu 2,94-3,03% per hari. Hal ini mungkin disebabkan bahwa tanin pada kulit kayu dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur.
Pada umur empat minggu setelah inokulasi sebagian besar media kultivasi telah nampak primordia (bakal tubuh buah) yang menembus kapas penutup sehingga media tersebut langsung diletakkan diruang penumbuhan tubuh buah tanpa dibuka tutupnya. Pemanenan jamur dilakukan apabila tubuh buah telah masak petik yaitu jika bagian ujung atau tepi tubuh buah telah berwarna coklat kemerahan. Pemanenan jamur dilakukan dengan mencabut tubuh buah sampai ke akarnya. Apabila terdapat lebih dari satu tubuh buah dan masa petiknya tidak bersamaan maka hanya tubuh buah yang masak petik yang dipanen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar